Siapa yang belum pernah mendengar ungkapan, “You are what you eat!” sama sekali?? Ungkapan ini sangat viral di social media beberapa tahun yang lalu, dan tentunya, bisa ditemukan di restoran kelas menengah yang mampu menambahkan quote-quote manis yang relevan dengan industrinya, dari orang-orang terkenal, pada dinding-dinding restoran tersebut. Menarique!
Pernah bayangin gak, kalau lagi makan sesuatu, let’s say lagi makan ayam goreng, maka ayam goreng itu akan menjadi kita? Seperti apa itu? Garing, kriuk-kriuk enak, but it’s actually a dead meat. Period. Dan kalau lagi memikirkan hal ini, terkadang muncul di dalam benak ku, “do we really need to eat dead chicken (baca: meat)?” – knowing that ada orang-orang yang memang Vegetarian (baca: tidak makan daging). But then, muncul kontradiksi, apakah iya kita hanya membutuhkan sayuran atau buah-buahan untuk proses tubuh secara keseluruhan? Sungguh, pembahasan seputar ini bisa ditinjau dari berbagai aspek – kesehatan, food processing, sampai organ tubuh kita!
So, balik ke topik, we are what we eat, daku lagi tertarik banget dengan artikel soal Heal Your Gut, Heal Your Mind ini. Kenapa? Karena, secara sadar, apa yang kita masukkan (baca: makan) itu memang akan mempengaruhi keseluruhan diri kita. Seperti penentu apakah tubuh kita akan bisa beraktifitas dengan baik di jam kerja, dan/atau akan mendapatkan istirahatnya di jam tidur tentunya. Sedahsyat itukah makanan? Mungkin bisa diibaratkan sebagai bensin yang tentunya dibutuhkan oleh mobil kalau mau kita kendarai kan? Metafor makanan sebagai bahan bakar (dan inget ga bahan bakar ada ragam jenisnya?) sebetulnya bisa menjadi sebuah penjelasan bagaimana makanan-makanan yang kita pilih untuk makan sehari-hari definitely punya pengaruhnya! Hanya saja, masih banyak di antara kita yang belum paham makanan seperti apa dan kapan baiknya dikonsumsi (apakah ada waktu-waktu tertentu) supaya kita bisa memaksimalkan kesehatan jiwa raga ini. Betul gak?