Beberapa bulan yang lalu aku berhadapan dengan seorang millennial yang baru terjun di dunia digital secara korporasi dan menanyakan ke aku kenapa Kia Indonesia tidak melakukan A. Menurutnya A itu jauh lebih bagus daripada B, karena dia menggunakan A dan dia melihat trend A yang naik daun. Ku biarkan millennial ini menyampaikan apa yang dia pikirkan sampai pada satu puncak aku mengatakan, “berdasarkan data statistik A memang sedang naik, tapi naiknya posisi A belum mengganggu keberadaan B dan C sebagai pioneer. Dimana A masih tertinggal ratusan juta dari B dan perjuangan A baru dimulai di sana.”
Sepertinya dia merasa “terserang” simply karena nafasnya menggebu dan ia melipat kedua tangannya di depan dada. Well, ku akui aku sengaja push button-nya karena ia menyukai A hanya berdasarkan pada gejolak “ikut-ikutan”, dan ia perlu menyadari bahwa keduanya tidak akan menghilangkan data bertahun-tahun yang sudah ku pelajari dan ku gunakan.
Lucunya, semalam aku menemukan, dia justru melakukan persis yang Kia lakukan untuk digital korporasi yang dia pegang. Hihihihihi… 😇 Aku jadi tidak sabar bertemu dengannya kembali dan menanyakan, “kenapa Kia yang di copy?” setelah dia pergi dengan penuh kekesalan di akhir pembicaraan kami karena dia sama sekali belum pernah mempelajari data.